A. Pendahuluan
Memasuki Abad ke-21, banyak orang
bersikap harap-harap cemas. Abad ke-21 yang juga juga dikenal sebagai abad
informasi dan era pengetahuan ini, diyakini akan terjadi perubahan secara
cepat, terus-menerus, dan penuh ketidakpastian. Dalam situasi ini, SDM tinggi,
ialah yang memiliki kecakapan intelektual tinggi dan keterampilan tinggi dalam
teknologi komunikasi dan informasi, akan memegang kendali dan berbagai peran
kunci dalam kehidupan masyarakat global. Sehubungan dengan era baru ini,
lembaga pendidikan dituntut untuk melakukan reformasi diri dalam rangka
pembangunan SDM abad ke-21. Lembaga pendidikan harus menyiapkan profil lulusan
yang mempunyai kompetensi yang relevan dengan era baru atau era informasi
tersebut, yang mempunyai keunggulan komparatif, kompetitif, dan kolaboratif.
Untuk maksud inilah sekolah bertaraf internasional (SBI) menjadi urgen
keberadaannya. Agar mempunyai kemampuan yang kompetitif di masyarakat global
dan meraih sukses, mengenyam pendidikan di SBI adalah salah satu cara yang
dapat ditempuh. Menurut Galbreath J. (2001) jenis keterampilan dan teknologi
berbasis komputer yang harus diberikan kepada siswa untuk menghadapi abad
ke-21, sebagai learning outcome, meliputi. Keterampilan Komunikasi, Inovasi dan
Kreativitas, Kerja Kelompok dan berbagi tanggung jawab, Manajemen Informasi,
Melek Teknologi Informasi, Visualnetik, Penyelesaian Masalah, dan Pengambilan
Keputusan. Sementara menurut Trilling & Hood (1999), ada beberapa
keterampilan yang diperlukan di abad-21 atau era pengetahuan, yang tergolong
dalam 7C (seven Cs), ialah: Critical thinking-and doing (Bertindak dan berpikir
kritis), Creativity (Kreativitas), Collaboration (Bekerja kolaboratif),
Cross-cultural Understanding (Pemahaman lintas budaya), Commu-nication
(Berkomunikasi), Computing (Menguasai penggunaan komputer), dan Carrer &
Learning Self-reliance (Berkarir dan belajar menempa diri). Termasuk dalam
Critical thinking-and doing adalah kemampuan pemecahan masalah dan berpikir
analitik, serta berpikir kritis (Trilling & Hood, 1999). Anderson et al
(2001) menunjuk taraf kemampuan C4, C5, dan C6 dari domain kognitif Bloom
(revised), sebagai high order thinking yang juga dituntut dikuasai siswa untuk
menjawab kebutuhan dan tantangan global, di samping beberapa aspek kemampuan
dari domain lain. Dalam hal ini, kemampuan analitis, kritis, dan kreatif
merupakan kemampuan-kemampuan yang dituntut dikuasai oleh siswa di era
informasi ini, di samping kemampuan mengingat, memahami, dan mengaplikasi
(C1-C3) yang merupakan tuntutan minimal (kurikulum nasional, atau standar
nasional pendidikan), atau sering disebut sebagai IKKM (Indikator Kinerja Kunci
Minimal).Seperti diketahui, di samping IKKM, SBI dituntut memenuhi IKKT
(Indikator Kinerja Kunci Tambahan), ialah berbagai kemampuan yang tergolong sebagai
global learning output, seperti yang ditunjukkan oleh Galbreath J. (2001) dan
Trilling & Hoood (1999) tersbut.
Untuk mencapai IKKT di samping
IKKM tersebut, selain siswa sebagai input, juga diperlukan instrumental input
berkualitas, khususnya adalah guru MIPA, yang objek Pengemb. Strat. Pembelaj. SBI Halaman 2kajian
dalam matapelajarannya sangat relevan dengan global learning outcome tersebut.
Dalam SBI, untuk matapelajaran MIPA, guru tidak hanya menambahkan aspek bahasa
internasional (bahasa inggris) dari matapelajaran bertaraf nasional,. namun
lebih dari itu, guru juga harus mengakomodasi objek, teknologi pembelajaran,
serta learning outcome yang berkembang dan relevan pada tataran global (Djohar,
2008). Guru pengampu matapelajaran MIPA di SBI, selain meningkatkan kemampuan
berbahasa inggris, juga dituntut memahami global learning oucome yang dituntut
di dunia internasional, mengakomodasi objek-objek MIPA trend internasional, di
samping lokal dan nasional.
Strategi-strategi Belajar
Untuk keberhasilan belajar, disamping dituntut
digunakannya model pembelajaran yang relevan, juga perlu adanya penerapan
strategi-strategi belajar tertentu dari siswa. Oleh karenanya, di samping
strategi pembelajaran, guru juga perlu memikirkan dan memperkenalkan, serta melatihkan
strategi-strategi belajar kepada siswa. Dari banyak macam strategi belajar yang
diperkenalkan oleh para pakar pendidikan dan pembelajaran,
ada 3 strategi yang dipilih untuk makalah ini,
ialah: strategi mengulang, strategi elaborasi dan strategi metakognitif
(Novaks, 1990; Arends, 2004).
1. Strategi
Mengulang
Strategi ini cocok untuk mempelajari materi-materi
pelajaran berupa prosedur atau langkah-langkah proses tertentu. Strategi ini
juga cocok menguasai materi pelajaran yang banyak mengandung istilah-istilah
ungkapan-ungkapan yang perlu dihafal.
2. Strategi
Elaborasi
Strategi belajar elaborasi dikembangkan dari teori
elaborasi, yang mempreskripsikan cara pengorganisasian materi pelajaran dengan
mengikuti urutan umum ke rinci, atau sederhana ke kompleks (inclusive → exclusive) . Urutan umum ke rinci dimulai dengan menampilkan
epitome (kerangka isi materi yang dipelajari), kemudian menjabarkan
bagian–bagian yang ada dalam epitome ini secara lebih rinci atau mendetil.
Strategi ini cocok untuk materi-materi yang padat atau banyak mengandung konsep
atau materi-materi prerequisite. Berikut disampaikan skema komponen dan langkah
elaborasi.
3. Strategi metakognitif (concept mapping)
Strategi belajar metakognitif, pada prinsipnya
strategi belajar yang mampu membangun belajar bermakna pada masing-masing
siswa. Siswa dilatih berpikir alternatif dan reflektif mengenai apa yang telah
diperoleh dan yang masih harus dipelajari (dikoreksi). Concept mapping
merupakan salah satu bentuk strategi metakognitif (Novaks, 1990). Secara
sederhana, langkah-langkah concept mapping adalah:
a. Menentukan (menemukan) konsep-konsep atau
istilah yang penting dari suatu materi pelajaran atau bacaan
b. Menuliskan konsep-konsep itu di atas
potongan-potongan kertas atau dalam text boxes dari MS Word.
c. Menyusun konsep-konsep dalam potongan kertas
atau text box itu, membentuk semacam struktur atau peta. Penyusunan ini
didasarkan kriteria ingklusivitas,ialah konsep yang paling umum di puncak atau
di awal, konsep-konsep yang berada pada tingkatan abstraksi yang sama
diletakkan sejajar satu sama lain, konsep yang lebih khusus di bawah konsep
yang lebih umum. Contoh konsep, kalau ada, diletakkan di paling belakang dari
struktur.
d. Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata
penghubung tertentu untuk membentuk proposisi.
0 komentar:
Posting Komentar