CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Jumat, 13 Desember 2013

DASAR-DASAR MIPA.



A. Pendahuluan
Memasuki Abad ke-21, banyak orang bersikap harap-harap cemas. Abad ke-21 yang juga juga dikenal sebagai abad informasi dan era pengetahuan ini, diyakini akan terjadi perubahan secara cepat, terus-menerus, dan penuh ketidakpastian. Dalam situasi ini, SDM tinggi, ialah yang memiliki kecakapan intelektual tinggi dan keterampilan tinggi dalam teknologi komunikasi dan informasi, akan memegang kendali dan berbagai peran kunci dalam kehidupan masyarakat global. Sehubungan dengan era baru ini, lembaga pendidikan dituntut untuk melakukan reformasi diri dalam rangka pembangunan SDM abad ke-21. Lembaga pendidikan harus menyiapkan profil lulusan yang mempunyai kompetensi yang relevan dengan era baru atau era informasi tersebut, yang mempunyai keunggulan komparatif, kompetitif, dan kolaboratif. Untuk maksud inilah sekolah bertaraf internasional (SBI) menjadi urgen keberadaannya. Agar mempunyai kemampuan yang kompetitif di masyarakat global dan meraih sukses, mengenyam pendidikan di SBI adalah salah satu cara yang dapat ditempuh. Menurut Galbreath J. (2001) jenis keterampilan dan teknologi berbasis komputer yang harus diberikan kepada siswa untuk menghadapi abad ke-21, sebagai learning outcome, meliputi. Keterampilan Komunikasi, Inovasi dan Kreativitas, Kerja Kelompok dan berbagi tanggung jawab, Manajemen Informasi, Melek Teknologi Informasi, Visualnetik, Penyelesaian Masalah, dan Pengambilan Keputusan. Sementara menurut Trilling & Hood (1999), ada beberapa keterampilan yang diperlukan di abad-21 atau era pengetahuan, yang tergolong dalam 7C (seven Cs), ialah: Critical thinking-and doing (Bertindak dan berpikir kritis), Creativity (Kreativitas), Collaboration (Bekerja kolaboratif), Cross-cultural Understanding (Pemahaman lintas budaya), Commu-nication (Berkomunikasi), Computing (Menguasai penggunaan komputer), dan Carrer & Learning Self-reliance (Berkarir dan belajar menempa diri). Termasuk dalam Critical thinking-and doing adalah kemampuan pemecahan masalah dan berpikir analitik, serta berpikir kritis (Trilling & Hood, 1999). Anderson et al (2001) menunjuk taraf kemampuan C4, C5, dan C6 dari domain kognitif Bloom (revised), sebagai high order thinking yang juga dituntut dikuasai siswa untuk menjawab kebutuhan dan tantangan global, di samping beberapa aspek kemampuan dari domain lain. Dalam hal ini, kemampuan analitis, kritis, dan kreatif merupakan kemampuan-kemampuan yang dituntut dikuasai oleh siswa di era informasi ini, di samping kemampuan mengingat, memahami, dan mengaplikasi (C1-C3) yang merupakan tuntutan minimal (kurikulum nasional, atau standar nasional pendidikan), atau sering disebut sebagai IKKM (Indikator Kinerja Kunci Minimal).Seperti diketahui, di samping IKKM, SBI dituntut memenuhi IKKT (Indikator Kinerja Kunci Tambahan), ialah berbagai kemampuan yang tergolong sebagai global learning output, seperti yang ditunjukkan oleh Galbreath J. (2001) dan Trilling & Hoood (1999) tersbut.
Untuk mencapai IKKT di samping IKKM tersebut, selain siswa sebagai input, juga diperlukan instrumental input berkualitas, khususnya adalah guru MIPA, yang objek  Pengemb. Strat. Pembelaj. SBI Halaman 2kajian dalam matapelajarannya sangat relevan dengan global learning outcome tersebut. Dalam SBI, untuk matapelajaran MIPA, guru tidak hanya menambahkan aspek bahasa internasional (bahasa inggris) dari matapelajaran bertaraf nasional,. namun lebih dari itu, guru juga harus mengakomodasi objek, teknologi pembelajaran, serta learning outcome yang berkembang dan relevan pada tataran global (Djohar, 2008). Guru pengampu matapelajaran MIPA di SBI, selain meningkatkan kemampuan berbahasa inggris, juga dituntut memahami global learning oucome yang dituntut di dunia internasional, mengakomodasi objek-objek MIPA trend internasional, di samping lokal dan nasional.
Strategi-strategi Belajar
Untuk keberhasilan belajar, disamping dituntut digunakannya model pembelajaran yang relevan, juga perlu adanya penerapan strategi-strategi belajar tertentu dari siswa. Oleh karenanya, di samping strategi pembelajaran, guru juga perlu memikirkan dan memperkenalkan, serta melatihkan strategi-strategi belajar kepada siswa. Dari banyak macam strategi belajar yang diperkenalkan oleh para pakar pendidikan dan pembelajaran,
ada 3 strategi yang dipilih untuk makalah ini, ialah: strategi mengulang, strategi elaborasi dan strategi metakognitif (Novaks, 1990; Arends, 2004).
 1. Strategi Mengulang
Strategi ini cocok untuk mempelajari materi-materi pelajaran berupa prosedur atau langkah-langkah proses tertentu. Strategi ini juga cocok menguasai materi pelajaran yang banyak mengandung istilah-istilah ungkapan-ungkapan yang perlu dihafal.
 2. Strategi Elaborasi
Strategi belajar elaborasi dikembangkan dari teori elaborasi, yang mempreskripsikan cara pengorganisasian materi pelajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci, atau sederhana ke kompleks (inclusive exclusive) . Urutan umum ke rinci dimulai dengan menampilkan epitome (kerangka isi materi yang dipelajari), kemudian menjabarkan bagian–bagian yang ada dalam epitome ini secara lebih rinci atau mendetil. Strategi ini cocok untuk materi-materi yang padat atau banyak mengandung konsep atau materi-materi prerequisite. Berikut disampaikan skema komponen dan langkah elaborasi.
3. Strategi metakognitif (concept mapping)
Strategi belajar metakognitif, pada prinsipnya strategi belajar yang mampu membangun belajar bermakna pada masing-masing siswa. Siswa dilatih berpikir alternatif dan reflektif mengenai apa yang telah diperoleh dan yang masih harus dipelajari (dikoreksi). Concept mapping merupakan salah satu bentuk strategi metakognitif (Novaks, 1990). Secara sederhana, langkah-langkah concept mapping adalah:
a. Menentukan (menemukan) konsep-konsep atau istilah yang penting dari suatu materi pelajaran atau bacaan
b. Menuliskan konsep-konsep itu di atas potongan-potongan kertas atau dalam text boxes dari MS Word.
c. Menyusun konsep-konsep dalam potongan kertas atau text box itu, membentuk semacam struktur atau peta. Penyusunan ini didasarkan kriteria ingklusivitas,ialah konsep yang paling umum di puncak atau di awal, konsep-konsep yang berada pada tingkatan abstraksi yang sama diletakkan sejajar satu sama lain, konsep yang lebih khusus di bawah konsep yang lebih umum. Contoh konsep, kalau ada, diletakkan di paling belakang dari struktur.
d. Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata penghubung tertentu untuk membentuk proposisi.





















0 komentar:

Posting Komentar